Kamis, 14 November 2013

Ikan cantik ini diberi nama sesuai penemunya, Renny Hadiaty



 
Spesies baru ikan karang yang cantik diberi nama sebagai penghargaan kepada ahli ikan LIPI Renny Hadiaty. Ikan wrasse yang cantik ini ditemukan di perairan Nusa Tenggara Timur, menambah nilai konservasi kepada Taman Nasional Komodo dan terumbu karang di perairan wilayah Flores barat daya

Para ilmuwan dari Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Indonesia (sebuah inisiatif kolaborasi dari Universitas Udayana di Bali, Universitas Negeri Papua di Manokwari, Universitas Diponegoro di Semarang, dan Universitas California di Los Angeles) dan Conservation International Indonesia baru saja mendeskripsikan sebuah spesies ikan flasherwrasse yang baru, Paracheilinus rennyae.


Nama rennyae sebagai pengakuan atas kontribusi ilmiah ahli ikan Renny Kurnia Hadiaty dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong, Jawa Barat. Deskripsi spesies baru tersebut baru saja dipublikasikan dalam edisi akhir tahun jurnal Aqua, International Journal of Ichthyology.

"Saya sangat tersanjung dengan penghargaan ini, bukan hanya karena ikan ini adalah spesies ikan yang cantik, tetapi juga karena penulis utama dari deskripsi tersebut adalah rekan dekat saya dan seorang ahli ikan internasional yang terkenal, Gerald Allen," kata Hadiaty, kurator koleksi ikan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), Divisi Zoologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI dalam rilis yang diterima merdeka.com, Rabu (13/11).

Hadiaty memiliki karir yang produktif selama 27 tahun di LIPI, yang dalam kurun waktu tersebut berkonsentrasi pada taksonomi ikan air tawar Indonesia. Dia telah menulis banyak makalah dengan Dr Allen, yang saat ini bekerja sebagai konsultan di Conservation International.

Ikan wrasse yang sangat cantik tersebut hanya dijumpai di terumbu-terumbu karang wilayah barat daya Pulau Flores dan Taman Nasional Komodo di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Meskipun ikan tersebut adalah spesies ke-17 yang diketahui dari kelompok ikan flasherwrasse, ikan ini memiliki keunikan dalam hal pola warnanya, terutama bentuk bulat dari sirip punggung, sirip anal dan ekor.

Spesies baru ini terbukti secara genetik berbeda dengan semua flasherwrasse lain yang diketahui di kawasan Segitiga Karang. Kerabat terdekatnya adalah Paracheilinus angulatus dari Kalimantan Timur, Brunei, Sabah dan Filipina Selatan.

"Sudah sepatutnya species baru tersebut diberi nama mengikuti nama rekan kami Renny Hadiaty dari LIPI, dan kami berharap ini akan menjadi langkah awal dari semangat kolaborasi ilmiah yang kuat antara universitas-universitas di Indonesia, LSM konservasi seperti Conservation International dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia," kata Dr Ngurah Mahardika, direktur laboratorium dari Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Indonesia di Universitas Udayana.

Ikan-ikan Flasherwrasse dengan cepat menjadi kelompok ikan favorit di kalangan penyelam dan fotografer bawah air karena pola warna elektrik biru dan merah, yang hanya ditampilkan sebagai bagian dari ritual kawin harian mereka yang biasanya terjadi sekitar satu jam sebelum matahari terbenam.

Pada saat itu, biasanya jantan berwarna kecoklatan naik di kolom air dan "memancarkan" warna spektakuler mereka untuk kawin sambil menegakkan sirip-sirip mereka dan berenang dengan pola pendek-pendek yang sangat cepat sebagai upaya untuk mengesankan ikan-ikan flasherwrasse betina di dekatnya yang akan terdorong untuk memijah.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More